SELAMAT DATANG DI BLOG PENDIDIKAN JUKI BAET UNTUK ANDA YANG INGIN TAHU BANYAK TENTANG PENDIDIKAN

Wednesday, December 19, 2012

Kurikulum



KURIKULUM
            Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, sejak Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak bangsa, sejak itu pula pemerintah menyusun kurikulum. Dalam hal ini, kurikulum dibuat oleh pemerintah pusat secara sentralistik, dan diberlakukan bagi anak bangsa di seluruh tahan air Indonesia.
Beberapa definisi Kurikulum
Biasanya kurikulum lazim dipandang suatu “rencana”[1] dan “aturan” untuk mengarahkan kemana pendidikan itu akan dibawa.
Ada beberapa ahli mendefinisikan kurikulum
“Kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran”[2] Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar-belajar.”[3]
Komponen Kurikulum
Kurikulum mempunyai beberapa komponen yang harus diperhatikan.  Berapa komponen kurikulum tersebut diantaranya:
Tujuan
           
Tujuan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pengembangan Kurikulum. Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan dan isi atau bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.  Setiap rencana harus memiliki tujuan agar dapat ditentukan apa yang harus dicapai, serta apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam kurikulum:
1.    Tujuan erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap upaya pendidikan.
2.    Melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mendesain model kurikulum yang dapat digunakan bahkan akan membantu guru dalam mendesain system pembelajaran.
3.    Tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran.
Tujuan pendidikan dari yang bersifat umum sampai kepada tujuan khusus itu dapat diklafikasikan menjadi empat:
1.    Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
Tujuan Pendidikan Nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila dirumuskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 3, yang merumuskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2.    Tujuan Institusional (TI)
Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan.
3.    Tujuan Kurikuler (TK)
Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran.
4.    Tujuan Intruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)
Tujuan Pembelajaran adalah kemampuan atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.
Bahan ajar (Materi)
Sumber Materi Kurikulum[4]
1.    Masyarakat beserta Budayanya sabagai Materi
Kebutuhan masyarakat lingkungan sekitar atau lokal diperlukan oleh sebab setiap daerah memiliki kebutuhan dan karakteristik yang berbeda baik dilihat dari sudut geografis, budaya dan adat istiadat maupun potensi daerah.  Misalnya daerah kota, pegunungan dan pesisir masing-masing mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Perkembangan budaya nasional adalah perkembangan yang terus-menerus, yang selamanya ada dalam status “in the making” oleh karena itu, materi kurikulum selamanya harus berubah sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Materi kurikulum sebagai alat pendidikan harus bersumber dari kepentingan masyarakat global.
2.    Siswa sebagai Sumber Materi
Salah satu fungsi pendidikan adalah pengembangkan seluruh potensi siswa.  Maka kebutuhan anak harus menjadi salah satu sumber materi kurikulum.  Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perumusan isi kurikulum dikaitkan dengan siswa, yakni:
1. Kurikulum sebaiknya disesuikan dengan perkembangan anak
2. Isi kurikulum sebaiknya mencakup keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dapat digunakan siswa dalam pengalamannya sekarang dan juga berguna untuk menghadapi kebutuhannya pada masa yang akan datang.
3. Siswa hendaknya didorong untuk belajar berkat kegiatannya sendiri dan tidak sekedar menerima secara pasif apa yang diberikan guru.
4. Apa yang dipelajari siswa hendaknya sesuai dengan minat.
Dari pandangan Crow di atas, maka perumusan kurikulum jelas apa yang menjadi minat siswa yang menjadi acuan kurikulum.  Kebutuhan siswa sebagai dasar penetapan materi kurikulum dapat dipandang dari dua sisi, yaitu psikobiologis dan sisi kehidupan sosial. Psikobiologis apa yang timbul dari psikologis dan biologis yang dinyatakan dalam keinginan dan harapan mereka.  Sedangkan sisi sosial berkenaan dengan tuntutan masyarakat.
            Ada 5 pokok kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow, kebutuhan manusia itu terdiri dari kebutuhan akan:
1. Survival atau kebutuhan fisiologis
2. Security atau kebutuhan rasa aman
3. Love and belonging atau kebutuhan untuk dicintai
4. Self esteem atau kebutuhan personal (harga diri)
5. Self-actualization kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
3. Ilmu Pengetahuan sebagai Sumber Kurikulum
Ilmu pengetahuan harus menjadi sumber perumusan tujuan kurikulum, karena ilmu pengetahuan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Ilmu adalah pengetahuan yang terorganisir secara sistematis dan logis.  Para pengembang kurikulum tidak perlu bersusah-susah menyusun bahan sendiri.  Mereka tinggal memilih materi mana yang perlu dikuasai oleh anak didik berdasarkan disiplin ilmu sesuai dengan taraf perkembangan anak didik serta sesuai dengan kepentingannya.
Tahap Penyeleksian Materi Kurikulum
            Ada beberapa tahap dalam menyeleksi bahan kurikulum
1. Identifikasi Kebutuhan.  Kesesuaian dengan harapan dan kenyataan.  Penentuan materi kurikulum harus dimulai dengan penilaian.
2. Mendapatkan bahan kurikulum.  Proses pelaksanaan diperlukan perencanaan yang matang serta motivasi dan keseriusan yang sungguh-sungguh.
3. Analisis bahan.  Kesalah menilai bahan kurikulum baik dilihat dari sudut kelengkapan, maupun keakuratannya dapat mengakibatkan rendahnya kualitas kurikulum.
4. Penilaian bahan kurikulum.  Menilai, apakah bahan itu layak digunakan atau tidak, sesuai dengan tuntutan kurikulum atau tidak.
5. Membuat keputusan mengadopsi bahan.  Membuat keputusan apakah bahan layak untuk diadopsi atau tidak, merupakan tahap terakhir menyeleksi bahan.
Jenis-jenis Materi Kurikulum
            Menurut Hilda Taba, materi dapat digolongakan menjadi 4 tingkatan, yaitu:
1. Fakta Khusus. Bentuk materi kurikulum yang sangat sederhana.  Biasanya merupakan informasi yang tingkat kegunaannya paling rendah.
2. Ide-ide pokok.  Bisa berupa prinsip atau general.  Memahami ide pokok, memungkinkan kita bisa menjelaskan sejumlah gejala spesifik atau jumlah materi pelajaran.
3. Konsep.  Memahami konsep berarti memahami sesuatu yang abstrak sehingga mendorong anak untuk berpikir lebih dalam.
4. Sistem berpikir.  Berhubungan dengan kemampuan untuk memecahkan masalah secara empirik, sistematis, dan terkontrol yang kemudian dinamakan berpikir ilmiah.
Kriteria penetapan Materi Kurikulum
            Secara umum ada beberapa pertimbangan dalam menetapkan materi yang baik, khususnya ditinjau dari sudut siswa, yakni:
1. Tingkat Kematangan Siswa.  Setiap anak memiliki perkembangan dan tingkat kematangan yang berbeda untuk itu perlu diperhatikan dalam tingkat mana anak tersebut.
2. Tingkat Pengalaman Anak
Pengalaman anak akan menentukan tingkatan kemampuannya untuk melakukan sesuatu.
3. Tingkat Kesulitan Materi
Materi kurikulum harus disusun dari yang mudah menuju ke yang sulit dari konkret menuju yang abstrak, dari yang sederhana menuju kepada yang komplek.
Proses (strategi dan media)
Evaluasi
Penyempurnaan kurikulum
Landasan Kurikulum
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup central dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, penyusunan kurikulum tidak dapat dikerjakan sembarangan.
            Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan pemikiran dan penelitian yang mendalam.  Maka jika landasan itu dapat dipenuhi dan dipikirkan dengan baik, pasti kurukulum yang menjadi pondasi dalam pendidikan akan lebih baik.
            Ada landasan yang harus diperhatikan, agar lebih memperkuat pondasi tersebut. Yang harus ada dalam pengembangan suatu kurikulum, yaitu landasan filosofi, landasan psikologis, landasan sosial budaya, serta perkembangan ilmu pengetahuan.
Landasan Filosofi
Pendidikan berintikan interaksi antara manusia.  Di dalam interaksi tersebut terlibat isi yang diinteraksikan serta proses bagaimana interaksi tersebut berlangsung.  Apakah tujuan pendidikan, siapa pendidik dan terdidik, apa isi pendidikan dan bagaimana proses interaksi pendidikan tersebut, pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang mendasar, yang esensial yaitu jawaban-jawaban filosofis.
Arti hafiah filosofis yaitu “cinta akan kebijakan”.  Untuk dapat menjadi orang bijak dan berbuat secara bijak, ia harus tahu atau berpengetahuan. Pengetahuan tersebut diperolah dari  proses berpikir secara sistematis, logis, dan mendalam. Pemikiran demikian dalam filsafat sering disebut sebgai pemikiran radikal, filsafat berarti upaya untuk menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan komprehensif tentang alam semesta dan kedudukan manusia di dalamnya. Filsafat mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, berusaha melihat segala yang ada ini sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan mencoba mengetahui kedudukan manusia di dalamnya.
Filsafat berupaya merangkum atau meninteraksikan bagian-bagian ke dalam satu kesatuan yang menyeluruh dan bermakna. Filsafat melihat segala sesuatu dari sudut bagaimana seharusnya, faktor-faktor subjektif dalam filsafat sangat berpengaruh. Filsafat memberikan landasan dasar bagi ilmu lain. Kedua dapat memberikan bahan-bahan bagi menusia untuk membantu memecahkan sebagai masalah dalam kehidupan manusia.
Dasar-dasar filsafat John Dewey
Konsep filsafat John Dewey  tentang dunia yang selalu berubah, mengalir.  Bagi John Dewey tidak ada sesuatu yang menetap dan abadi semuanya berubah. Pandangan John Dewey tentang dunia adalah monistik dan tidak lebih dari sebuah hipotesis. Filsafat John Dewey lebih berkenan dengan epistemology dan tekanannya kepada proses berpikir. Proses berpikir merupakan proses pemecahan yang bersifat tentatif, antara ide dengan fakta, antara hipotesis dengan hasil. berpikir merupakan pengecekan kejadian yang nyata. Dalam filsafat John Dewey kebenaran itu terletak dalam perbuatan, yaitu adanya persesuaian antara hipotesis dengan kenyataan.
Tujuan perkembagan manusia adalah self realization.  Pengrtian self bagi John Dewey adalah sesuatu yang konkrit bersifat empiris tidak dapat dipisahkan dari pengalaman dan lingkukan self realization hanya dapat diperolah melalui pengalaman dan interaksi dengan yang lain.
Teori John Dewey tantang pendidikan
Pendidikan berarti perkembangan, perkembangan dari sejak lahir hingga menjelang kematian.  Jadi, pendidikan itu berarti sebagai kehidupan.  Bagi John Dewey ini berarti bahwa proses pendidikan itu tidak mempunyai tujuan di luar dirinya, tetapi terdapat dalam pendidikan itu sendiri.  Proses pendidikan bersifat kontinu.
            Pendidikan merupakan reorganisasi dan rekonstruksi yang konstan dari pengalaman.  Pada setiap saat ada tujuan, perbuatan pendidikan selalu di tujukan untuk mencapai tujuan.  Setiap fase perkembangan kehidupan, masa kanak-kanak, masa pemuda, dan dewasa, semuanya merupakan fase pendidikan, semua yang dipelajari pada fase-fase tersebut mempunyai arti pengalaman.  Pendidikan itu terakhir, kecuali kalau seseorang sudah mati.
             Tujuan pendidikan diarahkan untuk mencapai suatu kehidupan yang demokratis, yaitu hidup bersama, pengalaman bersama dan komunikasi bersama. Tujuan pendidikan merupakan usaha agar  individu melanjutkan pendidikannya.  Untuk mengetahui bagaimana proses belajar terjadi  pada anak, yaitu ada persyaratan untuk tumbuh. Syarat pertumbuhan adalah adanya kebelum dewasaan (immaturity), yang berarti kemampuan untuk berkembang.  Immaturity tidak berarti negatif, tetapi positif, kemampuan, kecakapan, dan kekuatan untuk tumbuh. Ini berarti menunjukkan bahwa anak hidup, ia memiliki semangat untuk berbuat.  Pertumbuhan bukan berarti sesuatu yang harus kita berikan, pertumbuhan adalah sesuatu yang harus mereka lakukan sendiri.
            Belajar dari pengalaman adalah bagaimana menghubungkan pengalaman kita dengan pengalaman masa lalu dan yang akan datang. Belajar dari pengalaman berarti mempergunakan daya pikir replektif, dalam pegalaman kita.  Pengalaman yang efektif adalah pengalaman replektif. Ada lima langkah berpikir replektif menurut John Dewey, yaitu:
1.    Merasakan adanya keraguan, kebingungan yang menimbulkan masalah
2.    Mengadakan interpretasi tertatif (merumuskan hipotesis)
3.    Mengadakan penelitian atau pengumpulan data yang cermat
4.    Memperoleh hasil dari pengujian hipotesis tentif
5.    Hasil pembuktian sebagai sesuatu yang dijadikan dasar untuk berbuat.
                        Belajar seperti halnya pendidikan adalah proses pertumbuhan, belajar dan berpikir adalah satu.  Dalam penyusunan bahan ajaran menurut John Dewey hendaknya memperhatikan syarat-yarat berikut: Pertama, bahan ajar hendaknya konkret, dipilih yang betul-betul berguna dan dibutuhkan, sipersiapkan secara sistematis dan mendetail, kedua, pengetahuan yang telah diperoleh sebagai hasil belajar, hendaknya ditempatkan dalam kedudukan yang berarti, yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru, dan kegiatan yang menyeluruh.  Bahan pelajaran harus berisikan kemungkinan-kemungkinan, harus mendorong anak untuk bereksperimen.  Bahan pelajaran tidak diberikan dalam disiplin-disiplin yang ketat, tetapi merupakan kegiatan yang berkenaan dengan sesuatu masalah (problem).  Demikian pula dengan metode harus flesibel dan menimbulkan inisiatif kepada para siswa.
            Sekolah merupakan suatu kingkungan khusus, bagian dari lingkungan manusia, yang mempunyai peranan dan fungsi khusus. Fungsi khusus dari sekolah adalah:
1.    Menyediakan lingkungan yang  disederhanakan.  Karena tidak mungkin kita memasukkan seluruh peradapan manusia yang sangat komplek itu ke sekolah. Demikian pula, para siswa tidak mungkin dapat memahami seluruh masyarakat yang komplek tersebut.  Itulah sbabnya sekolah merupakan lingkungan masyarakat atau lingkungan hidup manusia yang disederhanakan.
2.    Membentuk masyarakat yang akan datang yang lebih baik.  Para siswa tidak belajar dari masa lampau, tetapi belajar dari masa sekarang untuk memperbaiki masa yang akan datang.
3.    Mencari keseimbangan dari bermacam-macam unsur yang ada di dalam lingkungan.  Sekolah memberi kesempatan kepada setiap individu/siswa untuk memperluas lingkungan hidupnya.
            Sekolah sebagai lingkungan yang khusus hendaknya memberikan pengaruh sosial, dengan cara mendorong kegiatan-kegiatan yang bersifat intrinsik, dalam suatu arah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, melalui imitasi, persainga sehat, kerja sama, dan memperkuat kontrol.  Di dalam organisasi sosial itu setiap siswa mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan, melakukan kegiatan-kegiatan, berpartisipasi, semuanya merupakan kontrol sosial.  Di dalam control social ini tidak ada peraturan umum, sebab kontrol sosial tidak datang dari luar, tetapi timbul dari kegiatannya sendiri. Tugas guru adalah memberikan bimbingan  mengusahakan kerja sama secara individual.
Penjabaran filsafat Progressivism Pragmatis pendidikan dalam kurikulum dirumuskan dalam tabel berikut:[5]
Dasar Filosofi
Progressvism Pragmatis
Tujuan
Meningkatkan kehidan sosial yang demokratis
pengetahuan
Kurikulum perlu berpusat pada manusianya: proses pembelajarannya harus ‘hidup’ dan relevan dengan kebutuhan masyarakat
Nilai
Memproses perenalism. Deformasi. Peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran dan pendidikannya (CBSA).
Materi kurikulum
Bagaimana berpikir, bukan apa yang dipikir; kurikulum merupakan interdisiplin.
Metode
Bertentangan dengan guru yang otoriter, banyak kegiatan, perlu mengelola komplik, berfokus pada kebutuhan siswa, dan kerja sama.
Para pemikir
Besar/ahli
John Dewey, Carl Rogers, Abraham Maslow, Charles Simberman, John Holt, A.S. Neill, Irvan illjch dan Paul Goodman

Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi.
Metode dalam Psikologi Perkembangan menurut beberapa Tokoh
Tokoh
Metode
Meneliti
Kesimpulan
(Arnold
Gessel)

Ia mempelajari beribu-ribu anak dari berbagai tingkatan usia, mencatat ciri-ciri fisik dan mental, pola-pola perkembangan dan kemampuan, serta perilaku mereka.

(Sigmund
Freud)
Psikoanalitk
Mempelajari proses perkembangan anak sebelumnya, pada masa kanak-kanak.
Menurut mereka pengalaman yang tidak menyenangkan pada masa balita ini dapat mengganggu perkembangan pada masa-masa berikutnya.
(Robert Havighurst)
Sosiologik
Ia mempelajari perkembangan anak dilihat dari tuntutan akan tugas-tugas yang harus dihadapi dan dilakukan dalam masyarakat.

Tugas-tugas ini disebut sebagai tugas perkembangan
(Jean
Piaget)

Menurutnya individu (anak/ dewasa) merupakan kesatuan jasmani dan rohani yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan menunjukkan karakteristik-karakteristik tertentu yang khas.
Aspek jasmani
Intelektual
Sosial
Emosional
Moral, semuanya membentuk satu kesatuan yang khas.

Hal di atas didasari oleh perbedaan asumsi yang menjadi titik toloknya, atau perbedaan pendekatan yang mereka pakai, populasi yang digunakan, atau aspek perkembangan yang menjadi fokus. Adanya perbedaan-perbedaan tersebut sering menimbulkan kebingungan pada guru, tetapi justru akan memperluas dan memperkaya pengetahuan para pemakai teori-teori perkembangan anak.
a.    Teori perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatantentang perkembangan individu
1.    Pendekatan pentahapan (stage approach)
Menurut pendekatan pentahapan, perkembangan individu berjalan melalui tahap-tahap perkembangan.  Setiap tahap perkembangan mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda dengan tahap yang lainnya.  Dalam pendekatan pentahapan, dikenal dua variasi:
a.    Pendekatan yang bersifat menyeluruh mencakup segala segi perkembangan, seperti perkembangan fisik  dan gerak motorik, social, intelektual, moral, emosional, religi.
b.    Pendekatan yang bersifat khusus mendepkrisikan salah satu segi atau aspek perkembangan saja.

2.    Pendekatan diferensial (differential approach)
Pendekatan differen berpandangan bahwa setiap individu memiliki persamaan dan perbedaan. Atas dasar persamaan dan perbedaan itu individu dikategorikan atas kelompk-kelompok yang berbeda, seperti:Jenis kelamin, ras, agama, status (social-ekonomi). Tetapi ada pula yang dikenal dengan pengelompokan bersifat bipolar, seperti:
Kelompok
Kelompok
Introvert
Ekstravert
Dominan
Submisif
Agresif
Pasif
Aktivitas tinggi
Aktivitas rendah
Kholerik
Melankolik

3.    Pendekatan ipsatif (ipsative approach)
Sering kali ada sifat inividu yang hanya dimiliki oleh seorang individu dan tidak dimiliki oleh individu lainnya.  Pendekatan yang berusaha melihat karakterlistik indiviu-individu inilah yang dikelompokkan sebagai pendekatan isaptik.
Tahap perkembangan anak menurut beberapa ahli
Tokoh
Teori
Usia/th
Masa
Perkembangan
J. J. Rousseau

0-2
Infancy
Tahap perkembangan fisik sebagai binatang yang sehat.


2-12
Childhood
Perkembangan sabagai manusia primitif.


12-15

Pubescence
Masa berpetualang yang ditandai dengan perkembangan intelektual dan kemampuan nalar yang pesat.



15-25 

Adolescene
Manusia yang beradab, masa pertumbuhan seksual, sosial, moral, dan kata-kata hati.

Stanley Hall
Rekapitulasi
0-4
Infancy
Masa kanak-kanak, masa kehidupan sebagai binatang melata yang berjalan.


4-8
childhood
Masa manusia pemburu

8-12
Youth
Masa manusia beradab

12/13-dewasa
Adolescene
Masa manusia beradab


Robert J. Havighurst
5 fase
0-1/2
Infancy
Masa bayi

2/3-5/7
Early childhood
Masa anak awal

5/7-masa pubesen
Late childhood
Masa anak


Early Adolescene

Masa adolesen awal (pubesen ke pubertas)


Late Adolescene
Masa adolesen (pubertas ke dewasa)


Robert J. Havighurst, mengatakan ada sepuluh tugas perkembangan yang harus dikuasai anak pada face yang membentuk pola, yaitu:
1.    Kebergantungan- keberdiriansendiri
2.    Memberi –menerima kasih sayang
3.    Hubungan sosial
4.    Perkembangan kata hati
5.    Peran bio-sosio dan psikologis
6.    Penyesuaian dengan perubahan badan
7.    Penguasaan perubahan badan dan motorik
8.    Belajar memahami dan mengontrol lingkungan fisik
9.    Pengembangan kemampuan konsep dan sistem -simbol
mampuan melihat hubungan dengan alam semesta
Hal di atas menurut Robert J. Havighurst yang harus dipenuhi olah manusia.  Jean Piaget mengemukakan tahap-tahp perkembangan dari kemampuan kognitif anak. Menurutnya ada empat tahap perkembangan kognitif anak.
Usia
Tahap
Ciri Perkembangan kognitif
0-2
Sensorimotor
Kemampuan anak terbatas pada gerak-gerik refleksi, bahasa awal, waktu sekarang, dan ruang yang tekat saja.
2-4
Praopersional
Anak mulai berkembang bahasanya, pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abtrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas.
7-11
Konkret
Operasional
Anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi.
11-15
Formal
Operasiobal
Anak sudah mampu berpikir secara deduktif, induktif, menganalisis, menyintesis, mampu berpikir abstrak dan berpikir reflektif, serta memecahkan berbagai masalah.

2. Psikologi belajar
Menurut Morris L. Bigge dan Maurice P. Hunt, ada tiga rumpun teori belajar, yaitu teori disiplin mental, behaviorisme, dan kogniyif gestalt Fiel.
Prisip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Dalam pegembangan kurikulum ada beberapa prinsip yang mesti diperhatikan diantaranya:
1.    Prinsip Relevansi
Pengalaman belajar yang disusun harus relevan dengan kebutuhan masyarakat.  Relevansi terbagi menjadi dua:
a.    Relevansi Internal
Setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara komponen-komponnya, jadi setiap komonen harus mempunya kaitan satu sama lain.
b.    Relevansi eksternal
Relevan dengan lingkungan peserta didik, relevan dengan perkembangan zaman, relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan.

2.    Prinsip Kontinuitas
Perlu dijaga keterkaitan dan kesinambungan antara materi dan jenis program pendidikan.
3.    Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum dapat dilaksanakan sesuai situasi dan kondisi yang ada sekarang dan yang akan datang.
-       Fleksibel bagi guru: kurikulum memberi ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya.
-       Flesibel bagi siswa: kurikulum menyediakan siswa kemungkinan program pilihan sesuai minat dan bakatnya 

4.    Prinsip Keefektivitasan
-       Keefektivitas kegiatan guru dalam mengimplementasikan kurikulum dalam kelas
-       Keefektivitasan kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar  
.
Supervisi Kurikulum
Definisi supervisi
Supervisi adalah usaha yang dilakukan oleh supervisor dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan, pengarahan motivasi, nasihat dan pengarahan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar dan pada gilirannya meingkatkan hasil belajar siswa.
Fungsi supervisi kurikulum
Superpisi kurikulum yang dilakukan berfungsi:
1.    Fungsi edukatif (pendidikan) yaitu sebagai usaha yang dimaksudkan untuk memdidik guru yang lebih mampu dan lebih baik kualitasnya sesuai dengn tujuan kemampuan profesional, tuntutan terhadap guru professional dan kenutuhan lapangan kependidikan di sekolah.
2.    Fungsi kulikuler yaitu berkenan dengan pelaksanaan pengajaran dan peningkatan situasi belajar mengajar sehingga memungkinkan siswa belajar lebih efektif.
3.    Fungsi kepembimbingan yakni memberikan bantuan bimbingan kepada guru-guru agar mampu mengatasi kesulitanya sendiri.
4.    Fungsi administratif yang berkenaan dengan kegiatan kepengawasan dan kepemimpinan terhadap terhadap organisasi guru-guru dalam rangka pendidikan dan pengajaran sekolah.
5.    Fungsi pengabdian yaitu berkenaan dengan pengabdian supervisor terhadap kepentingan sekolah, seperti :  membantu guru, siswa dan penyelenggaraan sistem sekolah secara menyeluruh.
Ciri-ciri Supervisi Kurikulum
Cirri supervisi dalam arti yang sebenarnya dibawah ini ada beberapa ciri.
1.    Supervisi adalah proses perbaikan pengajaran.  Jadi, program supervisi ini pada hakikatnya adalah satu upaya perbaikan intruksional.
2.    Supervisi memudahkan para siswa belajar. Dengan adanya supervisi maka disediakan kondisi yang memudahkan para siswa belajar efektif.
3.    Supervisi digunakan menentukan kegiatan-kegiatan mempelajari dan memperbaiki kondisi lingkukangan belajar dan pertumbuhan para siswa dan guru.
4.    Fungsi utama supervisi adalah untuk membantu situasi belajar bagi siswa.  Dengan supervisi agar para guru dapat melaksanakan tugas kewajibannya sebaik mungkin.
5.    Supervisi adalah proses penyuluhan orang-orang dengan cara yang kreatif dalam memecahkan masalah, baik masalah perorangan maupun masalah bersama.
Untuk mempermudah melihat perbedaan antara Administrasi Pendidikan dan Supervisi Pendidikan, dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Perbedaan Administrasi Pendidikan dan Supervisi Pendidikan

Adnistrasi Pendidikan
Supervisi Pendidikan
Tugas
Menyediakan fasilitas material
Personal
Intruksional
Mengamati program efektif/tidak
Peran
Sebagai mesin
Pengelola program
Menangani proses pengajaran
Penitikberatnya
Otoritas (penguasa)
Service (Pelayanan)
Nama Pelaksana
Administrator
Supervisor
Tugas Keseluruhan
Keseluruhan upaya mengelola sekolah
Bagian dari upaya yang didelegasikan
Administrator adalah supervisor
Supervisor ikut serta secara aktif dalam kegiatan administrasi




Persamaan Administrasi Perndidikan dan Supervisi Pendidikan

Administrasi Perndidikan
Supervisi Pendidikan
Dasar Tindakan
Perencanaan
Diaknosis
inspeksi
Perencanaan
Diaknosis
inspeksi

Supervisi dan Perbaikan Kurikulum
Supervisi yang berhasil harus ditandai oleh adanya perbaikan kurikulum dan  pengajaran.  Sumber perbaikan kurikulum itu sendiri yang menjadi tolok ukurnya “Guru”.  Jadi, dalam hal ini yang banyak mendapat sorotan adalah guru untuk itu guru harus berkualitas.  Beberapa cara untuk meningkatkan kualitas guru, antara lain:  Pendidikan, penataran, latihan, inisiatif, kreativitas, upaya mandiri, informasi yang akurat,  Inovatif, melakukan penelitian, bekerja secara professional.  
Berikut ini dikutip beberapa kemampuan yang harus dimilki seorang guru profesional sebagaimana yang dikemukakan oleh Louis E. Raths (1967):
1.    Menjelaskan , menyampaikan informasi, mempertunjukan bagaimana melakukan sesuatu
2.    Mempunyai ide untuk memulai (berinisiatif), mengarahkan/memimpin, mengelola
3.    Mempersatukan anggota kelas/ kelompok
4.    Memberikan kenyamanan
5.    Menjelaskan masalah perbedaan sikap dan kepercayaan
6.    Menemukan masalah dalam pembelajaran
7.    Menyusun silabus/ RPP
8.    Menilai, mencatat, melaporkan
9.    Berperan dalam kegiatan masyarakat
10. Mengatur, mengelola kelas
11. Berperan dalam kegiatan sekolah
12. Berperan dalam ruang lingkup sebgai warga Negara dan kaum professional
Perbaikan kurikulum bermula dari guru karena perbaikan kurikulum harus dimulai dari komponen manusia yang membina kurikulum itu.  Gurulah yang mengetahui apakah kurikulum relevan dengan tuntutan dan kebutuhan siswa dan masyarakat.  Gurulah yang mengalami langsung proses kegiatan belajar-mengajar. 


Kesimpulan
Di temapat pelayanan saya GBI Filadelfia, saya melayani anak-anak yang sangat kurang sekali pengatahuan Alkitabnya tetapi saya diberikan bahan kebalikan dari apa yang ada.  Bahan yang saya ajarkan menurut saya masih sulit kalau melihat anak-anak tersebut, sehingga ketika mangajar saya mendapati kesulitan untk melibatkan anak-anak tersebut dalam pengetahuan bahan yang disajikan untuk mereka.
Untuk itu saya melihat ada kebutuhan materi yang sangat mendesak saya untuk dilaksanakan atau dibuat yaitu materi yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan murid-murid agar mereka dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan menyesuaikan diri dengan pengetahuan dari yang mudah menuju kepada yang lengkap.



[1] S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 5,1989.
[2] Nana Syaodih Sumadinata, Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 5, 2010.
[3] Ibid.
[4] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 100-124, 2008.
[5] Yulaelawari, Ella, Kurikulum dan Pembelajaran, Filosofi Teori dan pembelajaran – Filosofi teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya, 2004, 6-7.

No comments:

Post a Comment